Friday, October 11, 2013

AraTAPE 1

Aku mulai bikin cerita lagi~ insya allah bisa selesai :) sekarang, mau bikin cerita~ (entah bakal bersambung lagi atau tidak) dan aku terinspirasi dari kata 'tape'. Kalo tape, waktu itu entah kenapa inget sama kak salsa dari dcfam waf, terus keinget tape dan ada inspirasi untuk bikin cerita. nah, enjoy~

*

Hai, namaku Aratape Harifin. Panggilanku Ara. Umurku 13 tahun. Kalian ada yang bingung, tidak, dengan nama lengkapku? Waktu kecil aku tidak terlalu memikirkan nama itu. Tapi semakin lama nama itu menjadi menggangguku. Ya, nama AraTAPE itu. Dulu, aku tidak terlau mengerti tentang tape. Jadi aku biasa-biasa saja. Tapi lama-kelamaan nama itu menyebalkan. Coba saja, nama ARA sudah terdengar bagus, lalu dibelakangnya ditambah TAPE. Apa tidak terlalu aneh?

Tape. Kalian langsung terpikir apa? Jujur saja, aku langsung terpikir tentang tape, makanan khas bandung itu, lalu tape recorder, dan mungkin masih banyak lagi. Sebal tidak? mungkin untuk kalian yang belum pernah merasakan memiliki nama seperti itu, biasa saja. Sedangkan aku, terganggu sekali.

Di sekolah, teman-teman selalu memanggilku 'tape'. Tapi bukan tape recorder yang menurutku lebih mending, melainkan dengan 'tape' makanan itu. Ada yang mengejekku 'tape hitam', 'tape jagung', 'tape merah', dan masih banyak lagi. Aku sudah sangat sabar menghadapi semua itu setiap hari. Dan yang selalu menghiburku di sekolah setiap saat adalah Desi, sahabatku.

Baik, mungkin perkenalan sudah cukup. Mari kita mulai ceritanya.

*

Pagi itu, hujan turun dengan sangat deras. Aku berjalan kaki dengan membawa payung dan merasakan hawa dingin di sekitarku. Walaupun aku sudah berjaket tebal, tetap saja terasa.

"Eh, Pe!"

Aku merasa seseorang memanggilku. Aku menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang, ke depan. Ah, mungkin 'Pe' itu bukan Tape yang biasa teman-temanku sebut kepadaku. 'Pe' itu bisa saja berarti lain. Berarti, kali ini aku ge-er ya..

Aku melanjutkan langkahku tanpa memedulikan panggilan tadi. Lalu, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dengan sangat keras. Aku menjerit.

"Nyante," katanya santai padaku.

Aku menoleh ke kanan. Dia adalah teman depan bangkuku, namanya Kenny.

"Nepuk keras gitu, gimana gak kaget?" seruku kesal. Kenny hanya tertawa kecil dan merangkulku. Wah, aku tahu maksudnya.

"Tape, pinjem catetan Bahasa kamu dong," katanya dengan muka memohon. Inilah penyakit teman sekelasku. Kalau mereka menginginkan sesuatu dariku, mereka akan merangkulku dan berkata permintaannya dengan muka memohon.

"Eeeh, ogah ya mbak. Males banget deh," balasku sambil melepas rangkulannya. "Salah sendiri kenapa gak nyatet kemaren."

Yah, bisa dibilang, aku anak paling rajin di kelas, atau bisa dibilang di angkatan.

"Kalo gak ngasih, ntar dimakan tape yang lain loh."

Aku mengangkat satu alis. Ini berusaha untuk menakut-nakuti aku? Dan mengancam aku?

"Gak ngaruh. Aku gabakal takut. Lagian kamu pikir aku tape makanan gitu mbak? Trus kalo aku gak ngasih catetan ke kamu, aku bakal dimakan makanan tape yang lain, gitu? Serem apanya..."

Kenny hanya cengengesan sendiri. Lalu aku berkata lagi, "udah ah. Kalo ngerayu lagi, seumur hidup gabakal kukasih catetan pelajaran."

"Eh, iya iya," jawab Kenny lalu mingkem.

Sebenarnya, aku gabakal mau ngasih catatan lagi ke Kenny. Kenapa? Setiap aku ngasih catatan ke dia, pasti catatan itu tidak balik. Alhasil aku harus menulis ulang dari sahabat setiaku, Desi. Makanya aku kapok ngasih catatan ke dia.

"Araa!"

Aku kenal suara itu. Pasti Desi. Hanya dia satu-satunya murid yang memanggilku Ara di kelas.

"Hai, Des!" balasku saat sudah melihat sosok Desi. Desi nyengir-nyengir.

"Eh, Kenny," kata Desi sambil mengalihkan perhatiannya ke Kenny. "Tumben deket-deket Ara."

"Iya, dong. Kan mau pinjem catetan ke tape," ujar Kenny sambil kembali merangkulku. Aku memasang tampang sebal ke Kenny.

"Gak bakal kukasih. Setiap aku pinjemin catetan ke kamu, pasti ilang," ucapku.

"Yah, itu kan gak sengaja..."

"Masa? Jangan bohong mbak," kataku langsung. Lalu Desi menarikku.

"Ayo Ra, ke kelas. Abaikan aja si Kenny itu," kata Desi dan menarikku menjauh dari Kenny. Kenny hanya diam saja dan berjalan dengan santai ke teman yang sedang lewat. Entahlah siapa orang itu.

Aku dan Desi berjalan menuju kelas. Sampai di kelas, semua murid yang ada di kelas langsung berteriak, "HAI TAPEEEEEEE!"

Tetap sabar seperti biasa, Ara.

(bersambung)

No comments:

Post a Comment