Tuesday, October 15, 2013

Chapter 5 (Toizu)

Perjalanan dari rumah Tasha sampai sekolah baruku itu hanya menempuh sekitar 10 menit. Cukup dekat rupanya. Lalu Tasha berpamitan kepada ibunya dan mengajakku turun. Aku mengucapkan terima kasih pada  ibu Tasha dan iku turun.

Sekolah Tasha bagus sekali! Ini pertama kalinya aku melihat sekolah, dan sekolah yang sangat bagus. Yah, mungkin karena ini pertama kalinya aku melihat sekolah, aku beranggapan bahwa sekolah ini memiliki gedung yang bagus. Entahlah kalau orang lain. Gedung itu bertingkat tiga, dan berwarna hijau terang. Lalu ada sebuah gerbang besar yang mengarah ke dalam daerah gedung itu. Tasha mengajakku untuk masuk ke dalam gerbang itu.

"Nah, Fia, ini sekolahku. Aku sekarang ada di kelas 9-4. Lantai satu, itu untuk daerah kelas 7. Lantai dua untuk daerah kelas 8. Sedangkan lantai tiga untuk kelas 9 atau tempatku belajar," jelas Tasha. "Ah! Aku aneh banget! Aku ajak kamu sekolah, tapi aku gak tahu umur kamu."

Umur? tanyaku dalam hati. Selama ini, aku benar-benar tidak tahu mengenai umur. Aku tahu apa makna dari umur. Tapi, aku tidak tahu aku sudah umur berapa.

"Kau kan tersasar, ya? Kira-kira, kau masih ingat tidak umurmu?" tanya Tasha, "atau kelas deh! Kau ingat tidak dulu kau kelas berapa?"

Apalagi kelas. Aku saja di Toizu tidak sekolah.

"Hmm.. mungkin aku benar-benar sudah lupa," jawabku bohong.

"Wah... bagaimana ini? Masa kau harus di luar menunggu? Itu kan tidak mungkin..." desah Tasha sambil berpikir. "Ah! Bagaimana kalau kau ikut ke kelasku saja?"

"Ke kelas Tasha?" ulangku. "Memangnya, aku harus ngapain nanti?"

"Ya tentu saja belajar!" seru Tasha. "Sekolah kan memang tempat untuk belajar, Fia.... kau pasti ingat itu."

'Tempat untuk belajar'? Sekolah itu tempat untuk belajar? Jadi.. untuk apa aku membawa buku? Dan untuk apa aku bermimpi bahwa sekolah adalah tempat untuk bersantai-santai? Aku ini orang aneh.

"O, oh.... iya, tentu saja kau ingat," jawabku sambil tersenyum kecil. Tasha tersenyum juga dan mengajakku untuk ke kelasnya.

"Baiklah, tak apa. Di kelas aku kan, ada kursi kosong tepat di sampingku bekas Tina yang pindah sekolah itu. Kau bisa duduk di sampingku, Fia," kata Tasha sambil tersenyum senang. Aku nyengir.

Sesampainya di kelas Tasha atau di kelas 9-4, aku menatap ke semua yang ada di kelas itu. Ada anak-anak yang sedang mengobrol, ada kertas besar dengan diberi bingkai yang menempel ke dinding, ada kursi dan meja, ada rak, dan masih banyak lagi.

"Hai, Tasha!"

Aku mendengar sekumpulan anak perempuan yang sedang mengobrol memanggil Tasha. Aku menoleh pada Tasha yang melambaikan tangannya dan masuk ke kelasnya. Aku masih berdiri di ambang pintu. Untuk masuk, aku merasa canggung. Karena, kelas ini belum resmi menjadi kelasku, mungkin saja.

"Hai, Nea, Tia, Ananda, Heni!" sapa Tasha kepada anak perempuan yang tadi menyapanya. Lalu, anak perempuan itu menoleh ke pintu dan menatap aneh padaku.

"Sha, siapa dia? Tadi aku lihat dia bersamamu," tanya salah satu anak perempuan sambil menunjukku. Tasha mengikuti arah yang dimaksud anak perempuan itu dan tersenyum saat melihatku.

"Ah, ya." Tasha berlari menghampiriku dan menarikku masuk. Aku hanya bisa mengikutinya. Selama aku bersama Tasha, aku akan aman.

"Nah, semuanya." Tasha membawaku ke hadapan keempat anak perempuan itu. "Kenalkan, ini Lifia. Dia temanku."

"Hai.." sapa mereka sambil menjabat tanganku. Aku membalasnya dengan muka polos. Lalu, keempat anak perempuan itu mengenalkan dirinya. Aku baru tahu bahwa mereka berempat adalah sahabat Tasha.

(to be continued)

No comments:

Post a Comment